45 Penyebab Perceraian Rumah Tangga yang Perlu Anda Ketahui

“45 Penyebab Perceraian Rumah Tangga yang Perlu Anda Ketahui”


Perceraian bukanlah suatu hal yang tabu lagi di tengah masyarakat. Kasus ini dapat menimpa siapa saja. Mulai dari pejabat, artis, hingga masyarakat biasa. Di Indonesia sendiri, sebagaimana dikutip liputan6.com, setidaknya terdapat 315 ribu kasus permohonan perceraian yang dilayangkan kepada Badan Pengadilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung. Data yang dikeluarkan pada November 2016 silam tersebut menunjukkan fakta lain bahwa kasus perceraian ternyata memiliki rasio tertinggi dari keseluruhan perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama.

Penyebab perceraian dapat muncul dari siapa pun. Bisa dari suami, istri, atau dari kedua belah pihak. Bisa pula berasal dari anak-anak, mertua/orangtua, serta lingkungan/media sosial. Berikut ini adalah sejumlah penyebab perceraian yang biasanya terjadi.

CATATAN: Jika Anda sedang menuju perceraian, konsultasikan permasalahan Anda dengan kami. Anda perlu menyiapkan beberapa hal penting yang perlu Anda hadapi ketika proses perceraian dan pasca perceraian. Kami akan membantu Anda. Hubungi 0812-1868-2105 atau konsultasikan permasalahan Anda disini.

PENYEBAB DARI PIHAK SUAMI

1. Pendapatan Tidak Mencukupi

Salah satu penyebab terbesar terjadinya perceraian ialah karena suami tidak mampu memenuhi tugasnya dalam mencari nafkah. Tidak semua orang dapat bertahan hidup dalam kekurangan, khususnya wanita yang biasanya memiliki banyak kebutuhan. Keuangan yang menipis perlahan mampu melahirkan percecokan antara suami dan istri hingga berujung pada kata cerai.

2. Tidak Komitmen Mencari Nafkah

Terkadang, permasalahan keuangan dalam rumah tangga bukan semata karena suami belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Tetapi bisa juga karena suami tidak berkomitmen untuk memenuhi nafkah keluarganya. Hal ini terjadi karena si suami merupakan orang yang pemalas serta tidak bertanggung jawab. Ia tidak menyadari konsekuensi besar di balik pernikahan. Ketika konsekuensi ini tidak terpenuhi, maka perceraian sangat mungkin terjadi.

3. Sibuk Bekerja

Suami yang sibuk berlebihan dalam bekerja pun dapat membuka ruang perceraian. Kesibukan yang berlebihan ini kerap membuat suami pulang ke rumah dalam keadaan letih. Sehingga tidak memiliki waktu lagi untuk berbincang dengan istri dan anak-anak. Apalagi jika suami datang sambil membawa setumpuk pekerjaan dari kantor serta beban emosi. Hal tersebut bisa menimbulkan pertengkaran antara suami dan istri.

4. Kurang Perhatian Pada Istri

Wanita merupakan makhluk yang sangat ingin didengarkan, dikasihi, dan diberi perhatian. Walaupun lelaki juga begitu, namun kebutuhan wanita terhadap hal-hal tersebut masih jauh lebih tinggi. Suami yang kurang perhatian pada istri dapat menjadi salah satu pintu perceraian, karena istri merasa kebutuhannya tidak terpenuhi. Dalam beberapa kasus, suami biasanya lebih perhatian pada hobinya, anak-anak, orang tua sendiri, maupun perkerjaan.

5. KDRT

Tindakan dan perkataan kasar yang dilontarkan suami kepada istrinya berpeluang besar melahirkan perceraian. Apalagi wanita lebih bermain dengan perasaan dibandingkan lelaki. Segala bentuk kekerasan dapat membuatnya memilih untuk bercerai daripada bertahan.

6. Suami Bosan Dengan Istri

Berbeda dengan wanita, lelaki memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dalam hal percintaan. Bangun tidur hingga tidur lagi berjumpa dengan wanita yang sama. Apalagi jika istri tidak memenuhi kewajibannya terhadap suami. Kebosanan ini biasanya ditunjukkan dengan jarangnya suami memuji istri atau suami lebih senang beraktivitas di luar rumah. Bila tak segera disikapi dengan bijak, kebosanan tersebut dapat berujung pada perceraian.

7. Suami Ingin Menguasai Harta Istri

Kasus ini biasanya terjadi apabila istri menjadi tulang punggung keluarga. Suami merasa posisinya sebagai kepala rumah tangga tergantikan. Kemudian ia merasa seluruh keuangan keluarga harus berada di bawah pengawasannya, termasuk harta istri. Perilaku semacam ini sangat rentan meretakkan hubungan antara kedua belah pihak.

8. Suami Berpoligami

Poligami masih menjadi isu yang sensitif di Indonesia, khususnya bagi kaum wanita. Setiap istri pasti ingin menjadi yang nomer satu di hati suaminya. Tidak jarang, istri lebih memilih bercerai daripada harus dimadu.

9. Terlalu Dominan

Posisi sebagai kepala dalam rumah tangga kerap membuat suami mendominasi hubungan. Padahal tidak semua istri ingin diperlakukan layaknya bos dan anak buah. Mereka ingin menjadi teman yang sejajar dengan suaminya. Istri ingin didengarkan pendapatnya dan diikutsertakan pula dalam setiap pengambilan keputusan. Apabila permasalahan dominasi ini tidak terselesaikan, bukan tidak mungkin dapat menghancurkan keharmonisan rumah tangga.

Butuh konsultasi dengan kami segera? Hubungi 0812-1868-2105 atau tuliskan permasalahan Anda disini.

PENYEBAB DARI PIHAK ISTRI

10. Istri Tidak Menjaga Martabat Keluarga

Di antara konsekuensi bagi istri dalam pernikahan ialah tidak mengumbar aib keluarganya serta menjaga harta suaminya. Termasuk tidak mengambil uang suami tanpa seizinnya atau meminjamkan barang milik suaminya kepada orang lain tanpa sepengetahuannya. Saat konsekuensi ini tidak tertunaikan, bukan tidak mungkin kehormatan keluarga akan turun. Muncul cibiran di tengah masyarakat hingga keluarga besar. Sehingga harmonisasi keluarga pun dapat berantakan.

11. Tidak Memenuhi Nafkah Batin Suami

Bukan hanya kebutuhan fisik, kebutuhan batin pun perlu diperhatikan agar rumah tangga terjaga. Terutama kebutuhan seksual suami. Apabila kebutuhan ini kurang dapat dipenuhi oleh istri, tidak jarang suami malah mencarinya di luar. Perselingkuhan pun terjadi hingga akhirnya keluarga pecah dan terjadi perceraian.

12. Istri Tidak Dapat Mengatur Keuangan

Bagi sebagian suami, perilaku boros istri merupakan hal yang menjengkelkan. Apalagi jika pendapatan suami pas-pasan, sedangkan istri ingin membeli ini dan itu. Istri tidak lagi mengenali mana kebutuhan dan mana yang sekadar keinginan. Terkadang, masalah ini berujung pada pertengkaran sehingga menggoyahkan pondasi rumah tangga.

13. Istri Memimpin

Pada dasarnya, pria ingin menjadi pemimpin di dalam keluarganya. Ia yang mengambil keputusan, mengatur, mengayomi, serta melindungi istri dan anak-anaknya. Ketika peran ini akhirnya digantikan oleh istri, biasanya suami akan merasa tidak berdaya dan depresi. Ia merasa tidak becus dan tidak bertanggung jawab sebagai seorang lelaki. Harga dirinya pun jatuh. Kadang, bagi suami lebih baik berpisah dengan istrinya daripada kondisi ini terus berlanjut.

14. Istri Durhaka

Pendapatan suami yang kurang dan kebutuhan rumah tangga yang tidak terpenuhi kerap membuat istri menjadi durhaka. Ia mulai sering marah, tidak menuruti suami, hingga melanggar prinsip keluarga yang telah disepakati. Suami yang tidak tahan dengan perilaku istrinya tersebut sangat mungkin akhirnya mengeluarkan kata cerai.

15. Istri Sulit Diatur

Sebagai kepala rumah tangga, tentu suami ingin perintahnya kerap dipatuhi oleh istri. Oleh karena itu, banyak suami tidak menyukai istri yang keras kepala dan sering membantah perkataannya. Tak jarang, akhirnya suami mencari labuhan yang lain. Selingkuh pun menjadi jalan keluar, status pernikahan pun kian terancam.

Punya pertanyaan? Hubungi kami di 0812-1868-2105 atau tuliskan masalah Anda disini.

PENYEBAB DARI KEDUA BELAH PIHAK

16. Terlalu Sayang

Penyebab perceraian yang satu ini mungkin terdengar aneh. Namun sebagaimana dilansir oleh vemale.com, menurut seorang ahli pernikahan, Jessica Elizabeth Opert, rasa sayang yang berlebihan akan menciptakan rasa ketergantungan yang berlebihan pula pada pasangan. Sehingga lambat laun Anda akan kehilangan sisi individualitas, lalu merasa bosa dan lelah. Terlalu sayang juga berkonotasi pada sikap posesif yang berlebihan, sehingga membuat pasangan Anda merasa tidak nyaman.

Source: https://www.vemale.com/love/104133-3-penyebab-perceraian-ini-sering-diabaikan-tak-pernah-dikatakan.html

17. Komunikasi Pasif

Hampir seluruh masalah yang ada di dunia ini bermuara pada komunikasi, termasuk perceraian. Terutama bagi pasangan yang saling tertutup serta memiliki intensitas bertatap muka yang jauh dari cukup. Kurangnya komunikasi akan menciptakan jarak di antara kedua pasangan. Hal ini tentu akan mengganggu suasana keintiman di dalam rumah tangga.

18. Perbedaan Agama dan Keyakinan

Permasalahan pernikahan beda agama di Indonesia masih menjadi isu yang kontroversial. Selain tentu karena faktor agama, pernikahan semacam ini rentan terjadi perceraian. Bagi mereka yang menikah dengan pasangan berbeda agama harus siap dengan segala konsekuensinya. Sebab perbedaan agama sama saja dengan perbedaan pola pikir, kebiasaan, serta aktivitas keseharian. Belum lagi soal menyatukan dua keluarga besar. Pastinya membutuhkan usaha yang lebih besar.

19. Perbedaan Status Sosial

Klasik, namun begitulah kenyataannya. Status sosial baik itu tingkat pendidikan, kekayaan, maupun jabatan sering menjadi jembatan perceraian. Apalagi jika status sosial istri lebih tinggi dari suami. Biasanya suami justru semakin merasa minder hingga lama-lama tidak tahan dengan kondisi tersebut. Bila kedua pasangan tidak mempermasalahkan perbedaan ini, mereka harus masih berhadapan dengan keluarga masing-masing. Kerap justru keluarga besar yang semakin memanaskan perbedaan ini hingga berujung perpecahan.

20. Perbedaan Visi

Setiap pasutri hendaknya saling menyamakan visi sejak masa awal pernikahan. Kesamaan visi dan tujuan tentu akan memudahkan pasutri saat hendak mengambil keputusan di masa mendatang. Pasutri dapat lebih saling memahami apa yang diinginkan oleh pasangannya. Apabila tujuan pernikahan antara keduanya berbeda, besar kemungkinan jurang pertikaian akan terbuka lebar. Sebab bisa jadi pasangan Anda ingin menikah hanya untuk bersenang-senang, jauh dari orangtua, dan berbagai alasan lainnya.

21. Perbedaan Hobi dan Minat

Di sebagian kasus, perbedaan minat dapat menjadi salah satu penyebab perceraian. Bisa jadi minat antara keduanya saling bentrok dan tidak serasi. Bisa pula hobi suami terlihat jorok bagi istri, sedangkan hobi istri tampak menjengkelkan bagi suami. Mungkin terdengar sepela, namun hendaknya perbedaan kecil seperti ini tetap dibicarakan baik-baik.

22. Selingkuh

Munculnya pihak ketiga merupakan perusak mematikan bagi keharmonisan keluarga. Entah itu WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain), sama-sama berbahaya. Penyebab perselingkuhan ini ada banyak. Yang penting, pasutri harus saling terbuka dan menjaga komunikasi dengan baik. Selain itu, keduanya harus memenuhi hak dan kewajiban secara optimal agar mahligai rumah tangga tetap terjaga.

23. Egois

Sejatinya, pernikahan adalah seni mengalah. Apalagi untuk perkara-perkara remeh semisal memilih warna cat dinding, stasiun televisi favorit, hingga merek perabotan rumah tangga. Belum lagi fakta bahwa emosi wanita mudah naik-turun. Lebih baik hindari pertengkaran-pertengkaran kecil. Kalaupun terjadi, selesaikan secepatnya sebelum berubah menjadi bom waktu yang setiap saat dapat meledak. Belajarlah untuk meminta maaf terlebih dahulu walaupun bukan Anda yang salah. Dengan begitu perceraian pun dapat dihindari.

24. Saling Curiga

Kepercayaan adalah hal utama dalam menjalin hubungan apa pun, khususnya pernikahan. Bila rasa saling percaya memudar, suami-istri akan mudah saling berburuk sangka hingga akhirnya saling menuduh tanpa bukti. Saling curiga biasanya muncul dari suami atau istri yang sangat posesif terhadap pasangannya.

25. Tidak Jujur

Di antara sekian kunci menjaga kepercayaan pasangan Anda salah satunya ialah sikap saling terbuka. Rumah tangga bisa runtuh ketika salah satu pasangan mulai suka berbohong, menyimpan rahasia, dan main umpet-umpetan.

26. Tidak Sesuai Harapan

Banyak orang yang mendambakan pasangannya berwujud sempurna. Mirip dengan artis atau tokoh idolanya. Berharap boleh, tapi membuat ekspektasi berlebihan juga berbahaya. Bila tak sesuai harapan, Anda bisa kecewa berat. Padahal Anda dan pasangan sama-sama manusia. Sama-sama memiliki aib serta kekurangan. Mendambakan pasangan yang tanpa cacat hanya mempercepat terjadinya perceraian.

27. Sering Membandingkan Dengan Orang Lain

Manusia memanglah makhluk yang tak pernah puas. Saat melihat kekurangan pada pasangannya, kemudian ia melihat kelebihan pada pasangan keluarga lain, lantas ia membanding-bandingkan. Apabila hal ini terus berlanjut, pasangan Anda akan merasa jengah, tidak nyaman, hingga akhirnya memicu pertengkaran. Padahal keluarga lain yang tampak bahagia itu pun pasti memiliki masalah pula yang bisa jadi tidak Anda ketahui.

28. Mengambil Keputusan Sendiri

Perceraian juga dapat terjadai manakala suami-istri tidak mampu bekerjasama dalam pengambilan keputusan. Salah satu pihak ingin menang sendiri, lalu memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan pihak lainnya. Rumah tangga seperti ini rentan retak dan harmonisasinya terganggu.

29. Konflik Peran

Selama masa pernikahan, banyaklah mengomunikasikan sesuatu dengan pasangan. Khususnya mengenai hak dan kewajiban masing-masing. Sehingga peran suami dan istri di dalam rumah tangga tidak saling tumpang-tindih. Misalnya dalam hal mencari nafkah, mengurus keuangan, pengasuhan anak, hingga hal terkecil seperti mencuci pakaian. Peran yang tidak dibagi secara jelas biasanya akan memicu perdebatan dan pertikaian. Masing-masing akan menyalahkan pasangannya atas pekerjaan rumah tangga yang tidak selesai atau tidak benar pengerjaannya.

30. Kurang Persiapan

Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum Anda memasuki jenjang pernikahan. Misalnya, kondisi kesehatan, keuangan, kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat, serta tentu saja ilmu mengenai pernikahan itu sendiri. Suami atau istri yang kurang memiliki persiapan, apalagi tidak mau belajar, umumnya tidak akan bijak mengatasi masalah dalam rumah tangga. Segala keputusan diambil secara emosional, bukan logika dan pertimbangan yang matang. Hanya menunggu waktu sampai keduanya berpisah.

31. Nikah Dini

Bagi sebagian masyarakat, pernikahan dini merupakan fenomena yang masih tabu. Banyak orang berpikir  kedewasaan seseorang berbanding lurus dengan usianya. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya keliru. Nyatanya memang pernikahan dini menjadi salah satu faktor penyebab perceraian. Namun, hal ini bisa disikapi asal pasutri telah memiliki mental yang bagus, kesiapan untuk bertanggung jawab, dan sadar terhadap segala konsekuensinya.

32. Buru-Buru

Mempercepat pernikahan berbeda dengan buru-buru. Buru-buru berarti pasutri tidak menyiapkan pernikahan dengan optimal. Semangatnya hanya didasari pada, misalnya, nafsu belaka atau gemuruh cinta sesaat. Pasutri tidak memikirkan konsekuensi dan dampak jangka panjang dari keputusannya untuk menempuh hidup baru. Pernikahan semacam ini rentan sekali berujung pada perceraian.

33. Kehilangan Identitas

Saat Anda terlalu bergantung pada pasangan, bukan tidak mungkin jati diri Anda perlahan menghilang. Anda tidak lagi dapat memosisikan diri di dalam rumah tangga. Kehilangan identitas diri bisa berdampak pada kebingungan atas apa yang harus dilakukan untuk menjaga hubungan Anda dan pasangan.

34. Kurang Mesra

Jangan remehkan hal-hal kecil untuk meningkatan romantisme bersama pasangan. Misalnya mencium kening istri sebelum pergi bekerja atau memberikan pelukan minimal satu kali per hari. Studi yang dilakukan Touch Research Institute of Miami School of Medicine, sebagaimana dikutip merdeka.com, menunjukkan fakta bahwa pelukan dapat membantu sistem kekebalan tubuh, menyembuhkan depresi, mengurangi stres, dan membantu tidur lebih nyenyak. Pasangan yang kurang mesra akan menciptakan jarak yang cukup lebar di antara keduanya.

Source: https://www.merdeka.com/gaya/7-fakta-unik-tentang-pelukan-yang-perlu-kamu-tahu/berpelukan-mengandung-sejuta-manfaat-kesehatan.html

36. Cinta Instan

Pernikahan merupakan pendakian panjang yang melelahkan. Sebab cinta Anda dan pasangan pasti mengalami pasang surut. Ada kalanya cinta tersebut menemui halangan. Anda dan pasangan pun akhirnya harus memulai segalanya dari nol. Pasutri yang cenderung ingin serba instan tidak akan menyadari hal ini. Mereka akan mudah roboh ketika diterpa badai cobaan.

37. Tidak Punya Anak

Setiap pasangan suami-istri pasti mendambakan kehadiran seorang buah hati. Apabila anak yang diharapkan tersebut tidak jua didapat, rumah tangga biasanya akan bermasalah. Istri bisa depresi, sedangkan suami bisa merasa kecewa dan akhirnya berniat mencari wanita lain.

38. Penyakit

Tidak semua orang mampu bertahan memiliki pasangan yang pesakitan. Apalagi jika suami mempunyai penyakit yang mengakibatkannya tidak mampu bekerja atau penyakit istri yang membuatnya sulit melahirkan keturunan. Sebab itu, seringlah berkonsultasilah dengan dokter. Komunikasikan penyakit Anda kepada pasangan bahkan sebelum pernikahan berlangsung. Keterbukaan semacam itulah yang nantinya mampu melanggengkan hubungan.

Butuh konsultasi perceraian sekarang? Hubungi 0812-1868-2105 atau kirimkan pesan Anda kepada kami disini.

PENYEBAB DARI ORANGTUA/MERTUA

39. Mertua Tidak Suka Menantu

Kasus ini biasanya dialami oleh istri dengan orangtua dari pihak lelaki. Ditambah keduanya masih berada dalam satu rumah. Mertua yang sudah tidak suka akan melihat apa saja yang dikerjakan oleh menantunya itu salah. Sehingga perlahan menantu pun harus memikul beban batin. Bagi mereka yang tidak kuat lagi, cerai adalah salah satu jalan keluarnya.

40. Orangtua Ikut Campur

Setiap pasutri tentu menginginkan privasi. Mereka juga ingin belajar mandiri dengan menyelesaikan permasalahan keluarga tanpa campur tangan pihak ketiga. Apabila orangtua terlalu mencampuri urusan anak-anaknya, justru kerap menimbulkan kebingungan. Permasalahan kecil dapat berubah menjadi besar, hingga melibatkan kedua keluarga masing-masing. Akhirnya perpecahan pun tak dapat terhindar.

41. Sulit Menjalin Hubungan Dengan Mertua

Tidak semua menantu dapat berkomunikasi secara baik dengan mertua. Tidak semua mertua pula mudah ditaklukkan hatinya. Kadang bahkan menantu dan mertua saling bertikai. Puncaknya, mertua meminta anaknya agar menceraikan pasangannya tersebut.

42. Kawin Paksa

Di sejumlah daerah, budaya nikah paksa ini terkadang masih diterapkan. Pemicunya bisa masalah hutang, adat, dan sebagainya. Nikah tanpa didasari rasa cinta, sekadar paksaan, kemungkinan besar tidak akan berjalan dengan baik.

Perceraian dapat menyebabkan banyak kerugian jika Anda tidak mempersiapkan dengan matang. Konsultasikan kepada kami dan kami akan membantu Anda merencanakan ketika proses dan pasca perceraian. Hubungi kami di 0812-1868-2105 atau tuliskan pesan Anda disini.

PENYEBAB DARI LINGKUNGAN/MEDIA SOSIAL

43. Lepasnya Ikatan Emosional

Dunia digital dan gadget hari ini memang bermanfaat besar bagi kehidupan manusia. Segalanya dapat dikerjakan lebih instan serta tanpa perlu bertatap muka. Namun, kecanggihan teknologi tersebut justru bisa memicu terjadinya perceraian tatkala pasutri hanya sibuk dengan gadget masing-masing. Mereka mencukupkan diri berbicara dan mengobrol di dunia maya. Padahal ikatan emosional (Emotional Bonding) amat diperlukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Hal tersebut dapat tercipta jika pasutri sering melakukan kontak fisik, berbicara empat mata, dan saling bertatap wajah secara langsung.

44. Selingkuh Online

Betapa banyak kita temukan di zaman sekarang suami atau istri yang berselingkuh dengan teman mayanya. Bisa pula dengan kecanggihan media sosial, mereka menemukan mantannya terdahulu. Lalu hatinya tertarik lagi. Lupa bahwa itu telah memiliki buku nikah. Semua ini berawal ketika pasutri sudah tidak saling terbuka. Umpet-umpetan. Bermain rahasia-rahasiaan. Bahkan di Tiongkok, menurut laporan kantor hukum Shuangli di Beiijing sebagaimana dikutip kompas.com, setidaknya 9 dari 10 perceraian di sana dipicu oleh media sosial.

Source: http://internasional.kompas.com/read/2015/07/07/08073171/Perceraian.Meningkat.di.China.akibat.Media.Sosial

45. Curhat di Media Sosial

Pada tahun 2013 lalu, Pengadilan Agama (PA) Kota Probolinggo menemuka fakta menarik. Berdasarkan berita yang dilansir jpnn.com, setidaknya terdapat 164 kasus perceraian di kota tersebut dalam setahun yang disebabkan oleh curhat di media sosial. Masalah rumah tangga yang seharusnya diselesaikan bersama pasangan justru diumbar. Sehingga pasangannya pun marah dan keluarga menjadi tidak harmonis.

Source: http://www.jpnn.com/news/status-facebook-pacu-angka-perceraian-di-probolinggo

46. Pornografi

Menurut American Academy of Matrimonial Lawyers, seperti yang dikutip oleh manadopostonline.com, konten pornografi di dunia maya juga dapat menjadi pemicu terjadinya perceraian. Hal-hal tersebut dapat memancing suami selingkuh atau mencari wanita lain demi memenuhi syahwatnya. Apalagi jika istri berbeda jauh dengan apa yang dilihatnya di internet tersebut.

Source: http://manadopostonline.com/read/2016/10/22/Awasss-Cerai-Akibat-Medsos-Meningkat/18426


Jika Anda memiliki pertanyaan atau permasalahan seputar perceraian, hubungi KantorPengacara.Co sekarang juga di 0812-1868-2105 atau ceritakan masalah Anda disini. Jangan tunda lagi, selamatkan masa depan Anda dan anak-anak.