Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Pasca Cerai

Pengacara Perceraian Jakarta – Korban perceraian yang paling besar bukanlah perkawinan melainkan anak yang hadir dari hasil perkawinan mantan pasangan suami-istri. Dalam sidang perceraian, pengadilan akan membuat pertimbangan yang matang sebelum menentukan siapakah di antara orang tua yang akan berkuasa atas anak. Apakah anak ikut ayah atau ibu.

Pada artikel-artikel lain yang menjelaskan mengenai hak asuh anak, disebutkan bahwa anak dibawah umur cenderung untuk diserahkan dalam pengawasn ibu kecuali beberapa kondisi yang membuat hak asuh justru jatuh ke ayah. Namun demikian, sebenanrnya tidak begitu penting bagi anak untuk ikut siapa, sebab baik ayah itu ibu sama-sama harus bertanggung jawab terhadap anak mereka bahkan setelah perceraian.

Sebenarnya, untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan khususnya anak di bawah umur, tetap optimal usai orang tua bercerai, membutuhkan peran serta kedua orang tuanya. Hanya dengan cara itu, anak akan tetap menikmati kehadiran kedua orang tuanya secara utuh.

Tips Mengasuh Anak Pasca Cerai

Sekalipun anak kemudian jatuh ke dalam pengawasan salah satu pihak dari pasangan yang bercerai, tidak berarti pihak yang tidak memegang kekuasaan atas anak bebas dari tanggung jawab. Secara hukum ditegaskan bahwa hubungan antara orang tua dengan anak tidak terputus oleh perceraian. Maka dari itu, baik ayah atau ibu sama-sama harus memikirkan langkah terbaik untuk mengasuh anak mereka.

  1. Manajemen konflik

Kedua pasangan yang telah sah bercerai harus sadar bahwa konflik mereka sudah berakhir dengan terjadinya perceraian. Pada pasangan yang memahami hal ini, mereka cenderung akan berdamai demi kepentingan anak. Artinya, meskipun pada aakhirnya masing-masing pihak akanmenikahlagi pasangan yang baru, hubungan mereka sendiri sudah reda dari konflik. Ketiadaan konflik memungkinkan kedua pihak bisa berembuk cara terbaik mengasuh anak dengan pertimbangan bahwa apa pun keputusan harus berdasarkan kepentingan anak.

  1. Memberikan rutinitas baru

Salah satu dari pasangan cerai yang membawa anak harus memberikan anaak ‘dunia yang baru’. Kesadaran bahwa perceraian menyebabkan masalah psikis pada anak, membuat orang tua untuk menyelamatkan anak bersangkutan dari kondisi lingkungan dan mental yang buruk selain manajemen konflik antara dua pihak, rutinitas baru merupakan langkah tepat agar anak tetap bertumbuh ke arah yang baik.

  1. Hadir sebagai orang tua yang lebih baik lagi

Berikan anak cara berpikir positif, bahkan terhadap pasangan yang telah diceraikan. Seorang ibu yangmengasuh anaknya pasca bercerai sangat tidak dianjurkan untuk menjelekkan mantan suaminya di depan anaknya. Justru sebaliknya, dia harus bertindak untuk memberikan pandangan baru mengenai ayah anak itu. Dia harus mampu memetik poin positif dari mantan suaminya untuk ditanam kepada anaknya, dengan demikian hubungan anak tersebut terhadap ayahnya tidak berkembang ke arah yang buruk.

  1. Anak adalah prioritas

Anak adalah bagian dari rumah tangga yang harus diselamatkan paling pertama kali ketika pasangan berpikir untuk bercerai. Jika anak tidak cukup menjadi alasan untuk mencegah perceraian, maka dalam proses perceraian kedua pihak harus tetap memberi fokus utama kepada anak. Jangan sampai sengketa perceraian menyebabkan pengabaian terhadap anak. Perselisihan harta gono-gini misalnya, tidak harus sampai melibatkan anak. Artinya, konflik antara kedua orang tua tidak sampai menyebabkan konflik sepihak antara salah satu dari orang tua terhadap anaknya. Misalnya, seorang ibu membuat mantan suaminya sampai membeci anaknya sendiri karena sesuatu hal.

Perlindungan anak sudah diatur baik dalam UU Perkawinan maupun dalam UU Perlindungan Anak. Pasangan yang bercerai, hanya putus hubungan perkawinan, bukan hubungan antaraa orang tua dengan anak. Dengan demikian, setiap pihak dari masing-masing orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam keberlanjutan hidup anak pasca cerai.

Baca Juga: Seberapa Efektifnya Mediasi Bagi Pasangan Yang Berniat Bercerai?